Ahok pikir-pikir kerja sama dengan perusahaan rokok

Ahok pikir-pikir kerja sama dengan perusahaan rokok

Merokok sudah jadi kebutuhan sebagian besar penduduk Indonesia. Tidak hanya orang tua dan dewasa saja, anak kecil dan remaja pun sudah ada yang kecanduan dengan rokok. Untuk program Jakarta Baru, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) mengatakan pihaknya akan lebih mengutamakan perusahaan lain dibandingkan perusahaan rokok yang akan menjadi sponsor untuk pemprov. "Nah kalau kami, kami putuskan misalnya ada perusahaan rokok mau nyumbang kami dia mesti masang lambang rokoknya, resikonya. Tapi kita lebih baik kerja sama dengan yang bukan perusahaan rokok," jelas Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (31/5). Namun demikian, menurut Ahok, pihaknya bukan berarti anti rokok. Dirinya hanya ingin mengendalikan tembakau atau rokok. Banyaknya acara dan kegiatan pelajar-pelajar yang disponsori oleh perusahaan rokok, Ahok menilai wajar dan tidak begitu mempermasalahkannya. "Jadi kalau untuk sponsor-sponsor pelajar gak apa-apa, wajar dong, mereka ada keuntungan, dia ngasih sponsor kan. Nah kita lagi pikirkan mungkin Perda Pajak Rokok yang harus dinaikkan, agar jangan sampai yang terjadi di Jakarta yang mengenaskan gini, semakin kecil gajinya justru dia ngabisin rokok lebih banyak," kata Ahok. Mantan Bupati Belitung Timur itu membandingkan antara kebutuhan rokok dengan pembayaran biaya pemeliharaan lingkungan di rumah susun. Menurutnya, amat ironis bilamana penghuni rusun keberatan mengeluarkan biaya pemeliharaan, di sisi lain membeli rokok saja mampu setiap hari. "Misalnya kita ambil contoh, rumah susun kami itu sebetulnya tidak disewakan, kami subsidi, tapi kan kalau anda dipungut biaya pemeliharaan lingkungan kan, tapi kalau lima/enam ribu rupiah mahal gak satu hari? Pemeliharaan lingkungan, sampah, keamanan, manajemen, kami subsidi dengan biaya itu," papar Ahok. "Makanya kalau ada yang bilang gak sanggup, kenapa? Padahal biaya rokoknya bisa dua bungkus sehari. Jadi dianggap rokok itu kebutuhan. Padahal kalau beli air berapa, satu kubik Rp 5.500, dia bilang mahal, kalau di rumah susun kan mesti ada pompa, itu kan kami subsidi juga, dari uang lima/enam ribu itu, kami beli dari PAM Jaya udah Rp 5.500, kita jual juga segitu, kalau tekor sapa yang nanggung? Kami. Nah sekarang kita buat sistem mesti tanggung rata. Itu yang akan kita paksa ke mereka, kalau anda tidak cukup uang, ya anda jangan beli rokok dong, harus bayar kemampuan keluarga kamu," tandasnya.